PERLAWANAN ORANG BANJAR MENENTANG KOLONIALISME BELANDA TAHUN 1859-1906 KERJASAMA GOLONGAN TUTUS RAJA-RAJA DENGAN GOLONGAN JABA
DOI:
https://doi.org/10.34128/jht.v7i1.93Keywords:
Jaba, Kolonialisme, Tutus Raja, Orang Banjar, PerlawananAbstract
Perjuangan Orang Banjar dalam melawan kolonialisme Belanda berlangsung cukup lama dan berlarut-larut karena faktor sosial politik yang mana kemudian adanya ikut campur tangan Belanda terhadap sistem pemerintahan di Kerajaan Banjar. Pemerintah Belanda melalui utusannya mengatur dan mencampuri urusan politik seperti Pengangkatan Putra Mahkota dan pembagian tanah raja. Hal ini juga yang menjadi akar perlawanan masyarakat Banjar yang menginginkan hak dan tradisi politik Kerajaan Banjar kembali seperti semula. Selain itu Belanda juga mengincar sumber daya alam tanah Banjar berupa Batu Bara yang saat itu menjadi komoditas internasional sebagai sumber energi terbesar. Maka demi mengembalikan kemakmuran serta ketentraman Tanah Banjar, bersatulah golongan tutus raja-raja yang memiliki gelar bangsawan dengan golongan jaba yang memiliki semangat juang tinggi. Beberapa perlawanan besar terjadi seperti: 1) Perlawanan Banua Lima dipimpin oleh Jalil, yang bergelar Kyai Adipati Anom Dinding Raja, 2) Perlawanan sekitar Martapura dan Tanah Laut dipimpin oleh Demang Lehman, dan 3) Perlawanan di Daerah Barito, Kapuas dan Katingan dipimpin langsung oleh Pangeran Antasari. Bersatunya golongan tutus raja dan jaba menjadi bukti bahwa pada akhirnya masyarakat Banjar tetap menjunjung adat istiadat, serta tradisi politik asli yang telah dijalankan sejak nenek moyang dan mampu memukul mundur kolonialisme Belanda.
References
Abdullah, Taufik dalam Helius Sjamsuddin. (2001). Pegustian dan Tumenggung, Akar Sosial, Politik, Etnis, dan Dinasti Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 1859-1906. Jakarta: Balai Pustaka.
Anderson, Benedict. (1983). Komunitas-Komunitas Terbayang. Naomi, Omi I. (2008). Yogyakarta: Insist.
Anis, MZ. Arifin. (1996). Radikalisasi Petani di Desa Muning Kalimantan Selatan Pada Abad XIX. Banjarmasin: Widyakarya.
Anis, M. Z. Arifin. (2005). “Gerakan Petani Tambai Abad IX Di Kalimantan Selatan”. Jurnal Kebudayaan Kandil, Gerakan Sosial Banjar. Edisi 10, Tahun III, Agustus-Oktober.
Antemas, Anggraini. (1986). Mutiara Nusantara Seri Kalimantan Selatan. Mega Sapura.
Daud, Afani. (1997). Islam & Masyarakat Banjar: Diskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar. Banjarmasin: PT. Raja Graffindo Persada.
Fong, Goh Yoon. (1969). Trade and Politics in Banjarmasin. Desertasi. University of London.
Irpan. (1995). Perlawanan Rakyat di Hantarukung Terhadap Belanda Tahun 1899 (Sebuah Kasus Gerakan Sosial). Skripsi. Tidak Diterbitkan. Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UNLAM Banjarmasin.
Kartodirdjo, Sartono. (1987). Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 dari Emporium Sampai Imperium. Jilid I. Jakarta: PT. Gramedia.
Maarif, Ahmad Syafii. (1997). Cita-Cita Pergerakan Nasional dan Bangunan Politik Bangsa Dalam Perpektif Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Noor, Yusliani. (2010). “Kosmologi Kekuasaan Politik Kesultanan Banjarmasin 1526-1906”. Jurnal Kebudayaan Kandil, Edisi 19, Tahun VII, April-Juni.
Norpikriadi. (2004). Tumenggung Jalil, Studi Kasus Tentang Mobilitas Politik Pada Masyarakat Tradisional Banjar. Skripsi. Tidak Dipublish. Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Unlam Banjarmasin.
Rees, W.A. van. (1865). De Bandjermasinsche krijg van 1859-1863. I.II. Arnheim.
Saleh, M. Idwar. (1986). “Gerakan Nativisme di Muning”. Makalah: Program Studi pendidikan Sejarah FKIP Unlam Banjarmasin.
Sjamsuddin, Helius. (2001). Pegustian dan Tumenggung, Akar Sosial, Politik, Etnis, dan Dinasti Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 1859-1906. Jakarta. Balai Pustaka.
Steenbrink, Karel A. (1984). Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad Ke- 19. Jakarta: Bulan Bintang.
Sutrisno, Mudji dan Hendar Putranto. (2004). Hermeneutika Pasca Kolonial: Soal Identitas. Yogyakarta: Kanisius
Verbaal, (1986). 24-10-1861. Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Published
Versions
- 2021-05-24 (2)
- 2021-12-06 (1)